1. Biografi
George Herbert Mead lahir di South Hadley, sebuah kota kecil di Massachussetts, Amerika pada 27 Februari 1863. Dia anak dari seorang clergyman, minister bernama Hiram Mead yang juga adalah seorang pendeta gereja kongregasional serta juga mengajar sebagai profesor di seminar teologi di Oberlin College di Ohio. Sedangkan ibunya bernama Elizabeth Storrs Billings adalah seorang wanita yang berpendidikan yang juga mengajar di Berlin College selama dua tahun dan kemudian menjadi presiden di Mount Holyoke College selama sepuluh tahun. Melalui kedua orang tuanya, Mead mewarisi Puritanisme New England. Dan ketika Mead berusia enam belas tahun, dia masuk ke Fakultas Teologi di Oberlin College Ohio, tempat dimana ayahnya mengajar, dan Mead mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1883 dari Oberlin College, yang menurut catatan dia adalah sebuah institusi yang secara social sangat maju, namun kurikulun serta gaya intelektualnya sangat tradisional dan dogmatis yang mencerminkan pengarus dari Puritanisme New England, dan dibawa pengaruh dari temannya yaitu Henry Northrup Castle, Mead pelan – pelan menolak dogmatism agama dari Oberlin namun tetap mempertahankan masalah social yang sangat kuat tersebut.
Setelah lulus dari Oberlin di umur 20 tahun, Mead sempat mengajar di sebuah sekolah namun hanya sebentar. Dan George Herbert Mead pun pada tahun 1887 belajar ke Harvard University selama satu tahun untuk mengkaji filsafat dan psikologi. Selama di Harvard, Mead tertarik dengan filsafat romantic dan idealistic dari Hegel, yang kemudian dia pergi ke Jerman selama tiga tahun untuk belajar filsafat dan psikologi di Leipzig dan Berlin. Selama disana Mead mempelajari pandangan serta gagasan dari para filosof idealis Jerman, dan di Jermanlah Mead semakin menunjukkan ketertarikan pada psikologi dibanding dengan filsafat. Dan di tanah Eropa itu juga George Herbert Mead menikah dangan saudari dari Henry Northrup Castle, teman lamanya ketika di Oberlin, yaitu Helen Castle. Akhirnya pada tahun 1891, Mead kembali ke Amerika dan mulai mengajar sebagai dosen untuk mata kulian filsafat dan psikologi di Michigan University selama tiga tahun, tempat dimana dia bertemu dengan John Dewey. Kemudian ditahun berikutnya Mead menggabungkan diri dengan Depertemen Filosofi ketika mengajar Psikologi Sosial tingkat lanjut di Universitas Chicago sampai dia meninggal pada tahun 1931 dalam usia 68 tahun, dan disebut oleh John Dewey bahwa George Herbert Mead adalah pikiran paling asli dalam filsafat Amerika bagi generasi - generasi terakhir.
Selama menempuh pendidikan di Harvard, Mead banyak belajar dan mendapat pengaruh dari William James tentang pragmatism dalam filsafat di konsep diri (self), dan John Dewey pun juga adalah salah satu tokoh pragmatis yang berpengaruh pada pemikiran – pemikiran George Gerbert Mead dalam konsep isyarat (gesture). George Herbert Mead adalah merupakan orang penting dalam Filsafat Pragmatis, walaupun dia masihkurang kalau sebagai pelopor pragmatism dibandingkan dengan John Dewey, yaitu teman juga koleganya selama di Universitas Chicago. George Herbert Mead tidak pernah menulis buku secara sistematik. Tulisannya tentang Mind, Self and Society (1934) dan Movements of Thought in the 19th Century adalah merupakan materi – materi kuliah Mead yang telah mempengaruhi perkembangan Sosiologi Kontemporer khususnya pada pembahasan tentang Interaksionisme Simbolik, yang diberikannya ketika Mead menjadi dosen dan dibukukan oleh salah satu mahasiswanya yang sangat mengagumi Mead dan juga merupakan salah satu Sosiolog terkenal, yaitu Leonard Cottreil.
George Herbert Mead memiliki pemikiran yang mempunyai sumbangan besar terhadap ilmu social dalam perspektif teori yang dikenal dengan interaksionisme simbolik, yang menyatakan bahwa komunikasi manusia berlangsung melalui pertukaran symbol serta pemaknaan symbol – symbol tersebut. Mead menempatkan arti penting komunikasi dalam konsep tentang perilaku manusia, serta mengembangkan konsep interaksi simbolik bertolak pada pemikiran Simmel yang melihat persoalan pokok sosiologi adalah masalah sosial. Seperti yang telah diuraikan diatas, Mead adalah salah satu pelopor dalam Filsafat Pragmatisme dinama pragmatism adalah menekankan hubungan yang sangat erat antara pengetahuan dan tindakan untuk mengatasi masalah social. George Herbert Mead adalah orang yang sederhana dan rendah hati, dan dia merasa sangat nyaman di tengah – tengah lingkungan kota Chicago yang dinamis. Seperti para penganut pragmatism lainnya, Mead yakin akan kemungkinan – kemungkinan perubahan social. Oleh karena itu, George Herbert Mead juga melibatkan dirinya dalam reformasi social karena dia mempercayai bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sosial tersebut. Dan Mead juga menentang gagasan bahwa insting adalah sebagai dasar dari kepribadian manusia, karena dia melihat bahwa komunikasi antar individu adalah sebagai inti dari pembentukan kepribadian manusia itu. Dengan kata lain, kepribadian individu dibentuk melalui komunikasi dengan orang lain serta citra diri dibangun melalui sarana interaksi dengan orang lain.
2. Tokoh yang Mempengaruhi
George Herbert Mead, dia sangat tekun dalam mempelajari dan mendalami pemikiran dari Charles Darwin, meskipun dia bukan termasuk darwinisme social yang mana merupakan unsur paling penting dalam perspektif ilmu sosial, tetapi Mead sangat mengagumi konsep tentang evolusi Darwin karena konsep tersebut dianggap Mead sebagai petunjuk dengan menekankan pada proses, perubahan, ketidakstabilan dan perkembangan sebagai esensi dari sebuah kehidupan social. Mead menerima prinsip Darwin bahwa organism terus menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan lewat dari proses inilah karakter dari suatu organisme mengalami proses perubahan yang terus menerus atau dinamis. Pemikiran Mead tentang teori Darwin adalah bahwa pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi dari teori Darwin. Mead melihat bahwa pikiran manusia sebagai suatu hasil yang muncul melalui proses evolusi yang ilmiah dan pikiran tersebut akan terus berkembang sejalan dengan dinamika yang muncul serta prosedur yang telah dilewati.
Selain terpengaruh oleh pemikiran teori evolusi dari Darwin. George Herbert Mead juga diilhami oleh para tokoh filsafat dan psikologi seperti William James dimana James adalah orang pertama yang mengembangkan konsep “self” diri secara jelas. Menurut James, manusia mempunyai kemampuan untuk melihat dirinya sebagai obyek dan dalam kemampuan itu, manusia bisa mengembangkan sikap dan perasaan terhadap dirinya sendiri. Ia juga dapat membentuk tanggapan terhadap perasaan dan sikap tersebut. James mengakui pentingnya kemampuan dalam membentuk cara pandang seseorang dalam menanggapi dunia di sekitarnya.
Tokoh filosof yang lain yang mempengaruhi Mead adalah John Dewey yang merupakan pendukung utaman pragmatisme. Dewey memusatkan perhatian pada proses penyesuaian manusia tergadap dunia. Menurutnya, keunikan manusia muncul dari proses penyesuaian diri dengan kondisi hidupnya. Dewey menegaskan bahwa yang unik dalam diri manusia adalah kemampuannya untuk berpikir. Konsep Dewey tentang pikiran sebagai suatu proses penyesuaian diri dengan lingkunganlah yang mempengaruhi Mead. Dewey telah menunjukkan bahwa pikiran timbul dari interaksi dengan dunia social. George Herbert Mead terinspirasi dengan konsep dari dua filosof tersebut dikarenakan Mead mempunyai intensitas kedekatan yang cukup sering dengan aliran psikologi khususnya behaviorisme. Behaviorisme memiliki pandangan bahwa kehidupan manusia harus dipahami pada kerangka perilaku (behaviour) mereka, dan bukan dari kerangkan siapa dia. George Herbert Mead tidak memahami behaviorisme sekedar mereduksi hubungan social sebagai rumus stimulus dan respom, melainkan Mead menjelaskannya dalan konteks yang lebih luas dari pada itu. Gagasan Mead ,mengenai hal tersebut dalam pandangan para filosof dikatakan sebagai pragmatisme, karena bagi George Hebert Mead pragmatism berhasil melihat organisme sebagai ciptaan yang berhubungan dengan kondisi dunia yang paling terkini, karena mereka akan berinteraksi menyesuaikan keadaan yang ada.
Mead mengatakan bahwa behaviorisme social didalamnya terdapat semanacam loncatan dari investigasi ilmiah. Maksudny adalah bahwa metode yang ditemukan tidak hanya mampu melakukan observasi perilaku yang terang dan jelas, tetapi juga dapat mengobservasi perilaku yang tidak jelas yang keduanya tersebut dapat diketahui dengan melalui metode introspeksi.
Selain itu, George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh Max Weber dengan teorinya tentang Interaksi dan Tindakan. Max Weber dalam teori ini mengemukakan bahwa masyarakat hanya merupakan satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu, dan menurut Max Weber konsep fakta social seperti struktur social, kelompok social dll yang lebih dari sekedar individu dan perilakunya, dianggap sebagai abstraksi spekulatif tanpa dasar empiric, sehingga Max Weber menginterpretasikan individu dan tindakannya sebagai satuan dasar atau sebagai “otorinya”.
Max Weber mengemukakan bahwa antara individu yang satu dengan individu yang lain berinteraksi satu sama lain diwujudkan dengan adanya suatu tindakan maupun perilaku. Namun tidak semua tindakan ataupun perilaku individu adalah suatu manifestasi yang rasional. Rasionalitas hadir dalam diri seorang individu dengan terlebih dahulu melewati proses pemikiran, dimana makna dari sebuah pemikiran adalah sesuatu yang penting dalam mengerti manusia dimana pemilikan karakter – karakter ini membuat esensi berbeda dengan perilaku binatang. Dan Max Weber membuat klasifikasi tentang tipe – tipe tindakan social dengan menggunakan konsep dasar “rasionalitas” yaitu ada tindakan yang rasional dan non rasional. Menurut Weber, tindakan rasional dihubungkan dengan kesadaran dan pilihan bagaimana tindakan tersebut direalisasikan. Rasionalitas yang dikemukakan oleh Max Weber lebih dibawa ke ranak suatu lembaga atau structural, meskipun selanjutkan rasionalitas yang dikembangkan Mead berdasar dari konsep Weber ini lebih dibawa ke ranah individu dan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan dari keseluruhan konsep serta hasil dari tokoh – tokoh tersebutlah George Herbert Mead dapat mengemukakan konsep tentang Interaksionisme Simbolik yang merupakan reduksi ulang serta pengembangan dari konsep konsep tersebut.
3. Konsep dan Pemikiran
George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang dikenal sebagai Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori dari tokoh – tokoh yang mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep – konsep atau teori – teori tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini adalah suatu konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam tinjauannya di buku Mind, Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran yang pertama kali muncul, melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead selalu memberi prioritas pada dunia social dalam memahami pengalaman social karena keseluruhan kehidupan social mendahului pikiran individu secara logis maupun temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok social . Kelompok social hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan kondisi mental sadar – diri.
Dalam teorinya yang dinamakan Interaksionisme Simbolik ini, George Herbert Mead mengemukakan beberapa konsep yang mendasari teori yang ada, yaitu:
v Tindakan
Perbuatan bagi George Herbert Mead adalah unit paling inti dalam teori ini, yang mana Mead menganalisa perbuatan dengan pendekatan behavioris serta memusatkan perhatian pada stimulus dan respon. Mead mengemukakan bahwa stimulus tidak selalu menimbulkan respon otomatis seperti apa yang diperkirakan oleh actor, karena stimulus adalah situasi atau peluang untuk bertindak dan bukannya suatu paksaan.
Mead menjelaskan bahwa ada empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam setiap perbuatan.
1. Impuls adalah tahap paling awal dalam keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang paling awal dimana dia berfungsi untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi inderawi secara langsung dimana respon yang diberikan oleh actor adalah bertujuan untuk kebutuhan dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai keinginan untuk menonton film di bioskop.
2. Persepsi adalah tahapan kedua, dimana dia adalah pertimbangan, bayangan maupun pikiran terhadap bagaimana cara untuk bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini, actor memberikan respon atau bereaksi terhadap stimulus yang berkaitan dengan impuls tadi. Misal, berkaitan dengan contoh impul diatas, ketika seseorang ingin menonton film di bioskop, maka dia akan mencari
3. Manipulasi adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-tahap sebelum. Dalam tahapan ini actor mengambil tindakan yang berkaitan dengan obyek yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut, sehingga suatu respon tidak secara langsung dapat terwujud.
4. Konsumsi adalah upaya terakhir untuk merespon impuls. Dalam tahapan ini, dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, actor dapat mengambil keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk memuaskan impuls yang ada di awal tadi.
v Gestur
Mead mempunyai pandangan bahwa gesture merupakan mekanisme dalam perbuatan social serta dalam proses social. Gestur adalah gerak organisme pertama yang bertindak sebagai stimulus yang menghasilkan respon dari pihak kedua sesuai dengan apa yang diinginkan.
v Simbol
Simbol, dia adalah jenis gestur yang hanya bisa dilakukan dan diinterpretasikan oleh manusia. Gestur ini menjadi symbol ketika dia bisa membuat seorang individu mengeluarkan respon – respon yang diharapkan olehnya yang juga diberikan oleh individu yang menjadi sasaran dari gesturnya, karena hanya ketika symbol – symbol ini dipahami dengan makna juga respon yang samalah seorang individu dapat berkomunikasi dengan individu yang lainnya.
Dalam teori George Herbert Mead, fungsi symbol adalah memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental dan lain sebagainya.
v Mind (Pikiran)
George Herbert Mead memandang akal budi bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai suatu proses social. Sekali pun ada manusia yang bertindak dengan skema aksi reaksi, namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan suatu proses mental, yang artinya bahwa antara aksi dan reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental.
Pikiran juga menghasilkan suatu bahasa isyarat yang disebut symbol. Simbol – simbol yang mempunyai arti bisa berbentuk gerak gerik atau gesture tapi juga bisa dalam bentuk sebuah bahasa. Dan kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa inilah yeng membedakan manusia dengan hewan. Bahasa membuat manusia mampu untuk mengartikan bukan hanya symbol yang berupa gerak gerik atau gesture, melainkan juga mampu untuk mengartikan symbol yang berupa kata – kata. Kemampuan ini lah yang memungkinkan manusia menjadi bisa melihat dirinya sendiri melalui perspektif orang lain dimana hal ini sangatlah penting dalam mengerti arti – arti bersama atau menciptakan respon yang sama terhadap symbol – symbol suara yang sama. Dan agar kehidupan social tetap bertahan, maka seorang actor harus bisa mengerti symbol – symbol dengan arti yang sama, yang berarti bahwa manusia harus mengerti bahasa yang sama. Proses berpikir, bereaksi, dan berinteraksi menjadi mungkin karena symbol – symbol yang penting dalam sebuah kelompok social mempunyai arti yang sama dan menimbulkan reaksi yang sama pada orang yang menggunakan symbol – symbol itu, maupun pada orang yang bereaksi terhadap symbol – symbol itu.
Mead juga menekankan pentingnya fleksibilitas dari mind (akal budi). Selain memahami symbol-simbol yang sama dengan arti yang sama, fleksibilitas juga memungkinkan untuk terjadinya interaksi dalam situasi tertentu, meski orang tidak mengerti arti dari symbol yang diberikan. Hal itu berarti bahwa orang masih bisa berinteraksi walaupun ada hal – hal yang membingungkan atau tidak mereka mengerti, dan itu dimungkinkan karena akal budi yang bersifat fleksibel dari pikiran.
Simbol verbal sangat penting bagi Mead karena seorang manusia akan dapat mendengarkan dirinya sendiri meski orang tersebut tidak bisa melihat tanda atau gerak gerik fisiknya.
Konsep tentang arti sangat penting bagi Mead. Suatu perbuatan bisa mempunyai arti kalau seseorang bisa menggunakan akal budinya untuk menempatkan dirinya sendiri di dalam diri orang lain, sehingga dia bisa menafsirkan pikiran – pikirannya dengan tepat. Namun Mead juga mengatakan, bahwa arti tidak berasal dari akal budi melainkan dari situasi social yang dengan kata lain, situasi social memberikan arti kepada sesuatu.
v Self (Diri)
Mead menganggap bahwa kemampuan untuk memberi jawaban pada diri sendiri layaknya memberi jawaban pada orang lain, merupakan situasi penting dalam perkembangan akal budi. Dan Mead juga berpendapat bahwa tubuh bukanlah riri, melinkan dia baru menjadi diri ketika pikran telah perkembang. Dalam arti ini, Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti :
- Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga memberi jawaban.
- Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hokum yang juga memberi jawaban padanya.
- Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain.
- Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang garus dilakukan pada fase berikutnya.
Bagi Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi, dan ada tiga fase dalam proses sosialisasi tersebut. Pertama adalah Play Stage atau tahap bermain. Dalam fase atau tahapan ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang – orang yang dianggap penting baginya. Contoh ktika seorang anak laki – laki yang masih kecil suka akan bermain bola, maka dia meminta dibelikan atribut yang berhubungan degan bola dan brmain dengan atribut tersebut serta berpura – pura menjadi pesepak bola idolanya. Fase kedua dalam proses sosialisasi serta proses pembentukan konsep tentang diri adalah Game Stage atau tahap permainan, dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lian dan terlibat dalam suatu organisasi yang lebih tinggi. Contoh Anak kecil yang suka bola yang tadinya hanya berpura – pura mengambil peran orang lain, maka dalam tahapan ini anak itu sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak, dia akan berusaha untuk mengorganisir teamnya dan bekerjasama dengan teamnya. Dengan fase ini, anak belajar sesuatu yang melibatkan orang banyak, dan sesuatu yang impersonal yaitu aturan – aturan dan norma – norma. Sedang fase ketiga adalah generalized other, yaitu harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat. Dalam fase ini anak-anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh anak tadi dalam fase ini telah mengambil secara penuh perannya dalam masyarakat. Dia menjadi pesepak bola handal dan dalam menjalankan perannya sudah punya pemikiran dan pertimbangan. Jadi, dalam fase terakhir ini, seorang anak menilai tindakannya berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarakat.
v I and Me
Inti dari teori George Herbert Mead yang penting adalah konsepnya tentang “I” and “Me”, yaitu dimana diri seorang manusia sebagai subyek adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai obyek adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”.
Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Sedangkan “I” adalah ketika terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan kreativitas diluar harapan dan norma yang ada.
v Society (Masyarakat)
Masyarakat dalam konteks pembahasan George Herbert Mead dalam teori Interaksionisme Simbolik ini bukanlah masyarakat dalam artian makro dengan segala struktur yang ada, melainkan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih mikro, yaitu organisasi social tempat akal budi (mind) serta diri (self) muncul. Bagi Mead dalam pembahasan ini, masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi dan institusi social yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi tersebut, karena Mead berpendapat bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam masyarakat.
Jadi, pada dasarnya Teori Interasionisme Simbolik adalah sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna – makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna – makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.
Daftar Pustaka
Susilo, Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern, Biografi para Peletak Sosiologi Modern. Yogyakata: AR-RUZZ MEDIA
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Pustakaraya
Ritzer, George. . Teori – teori Sosiologi, Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Soiologi Postmodern.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta : PT. GRAMEDIA
Craib, Ian. 1986. Teori – Teori Sosial Modern, Dari Parsons sampai Habermas. Jakarta: CV. Rajawali Pers
Zeitlin, Irving M. . Memahami Kembali Sosiologi, Kritik terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Veeger, K.J. 1984. Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu – Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik, Perspektif Sosiologi Modern. Malang : Averroes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar