Rabu, 07 Desember 2011

Makna Tahlil dalam Membentuk Solidaritas

A.    Pendekatan

Masyarakat merupakan suatu sistem yang bersifat dinamis yang selalu mengalami perkembangan dari periode waktu kewaktu. Perkembangan inilah yang nantinya dapat menyebabkan masyarakat berkembang dari sesuatu yang sederhana menjadi lebih kompleks, atau bahkan sebaliknya, dengan adanya perkembangan justru akan membuat masyarakat menjadi tidak bernorma. Oleh karena itu, disinilah sebenarnya peran agama dalam membantu mengatasi masalah perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Agama disini memeiliki peran memeberikan makna dan tujuan dalam kehidupan manusia. Pada masalah yang saya pilih, saya menggunakan pendekatan agama yang dikemukakan oleh Emile Durkheim, tentang agama dan solidaritas sosial.
Agama itu sendiri ialah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan diayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya (Hendropuspito, 2006:34). Dari definisi tersebut di atas sangatlah jelas bahwa agama yang muncul di dalam masyarakat akan memberikan makna dan petunjuk bagi kehidupan manusia. Agama selain memeerikan petunjuk kehidupan bagi umat manusia, sisi lain dari agama yaitu dapat menyatukan orang-orang dalam suatu komunitas moral.
Sedangkan solidaritas menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
Selain konsep agama dan solidaritas yang telah dipaparkan sebelumnya, konsep atau pemikiran Emile Durkheim yang juga berkaitan ialah perspektif fungsionalisme. Aliran fungsionalisme melihat masyarakat menciptakan pola-pola kelakuan yang terdiri atas norma-norma yang dianggap syah dan mengikat anggota-anggotanya sehingga setiap bagian (institusi) saling bergantung dengan bagian yang lainnya dengan erat sehingga perubahan dalam satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain dan keseluruhan sistem yang ada.
Teori fungsionalisme memandang agama sebagai salah satu lembaga sosial yang memilki peranan penting dalam menjawab kebutuhan mendasar dari masyarakat. Teori ini juga melihat agama sebagai penyebab sosial yang dominan dalam terbentuknya lapisan (strata) sosial di dalam masyarakat, yang masing-masing memiliki perasaan tersendiri yang sanggup mengumpulkan orang-orang dalam suatu wadah persatuan yang kompak, tetapi jika perasaan religius itu berlainan dapat memisahkan kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Itulah sedikit penjelasan dari konsep-konsep Emile Durkheim yang nantinya akan saya jadikan pisau analisis dalam memaparkan mengenai makna dari sebuah acara tahlil yang ada di daerah saya. Acara tahlil ialah suatu acara untuk memperingati hari meninggalnya seseorang. Tahlil dilaksanakan sesuai dengan perhitungan waktu yang sudah ditetpakan. Acara tahli itu sendiri memilki makna dan tujuan tersendiri, oleh karena itulah saya memilih pendektan dari Emile Durkheim untuk dijadikan pendekatan dalam memaparkan masalah ini.


B.     Mendeskripsikan Makna dari Acara Tahlil

Masyarakat Jawa memilki banyak sekali prosesi-prosesi atau acara-acara adat yang masih dilaksankan dan dipertahankan sampai saat ini. Walaupun perkembangna zaman yang semakin maju, akan tetapi prosesi/acara adat tersebut tetap tidak mereka tnggalkan. Salah satu acara atau prosesi yang masih dilaksanakan oleh orang Jawa ialah tahlil. Orang Jawa mempercayai bahwa orang yang sudah meninggal pun masih memerlukan bantuan dari orang yang masih hidup di dunia, bantuan itu berupa kiriman doa untuk sang arwah agar arwahnya tenang di alam kuburnya.
Begitu juga di daerah saya, yaitu di daerah Kebumen. Di daerah tempat tinggal saya masih sering dilaksanakan acara tahlil sebab masyarakat setempat masih mempercayai arwah dari saudara mereka yang sudah meninggal sebenarnya masih berada didekat lingkungan tempat tinggalnya. Akan tetapi ada sebagian masyarakat yang sudah tidak mempercayai hal tersebut, sehingga ada juga masyarakat yang sudah tidak pernah mengadakan tahlil di rumahnya meskipun ada dari saudara mereka yang meninggal.
Acara tahlil itu sendiri tidak sembarang waktu diadakan, akan tetapi dilaksanakan sesuai dengan perhitungan hari dari hari pertama orang tersebut meninggal. Biasanya acara tahlilan dilaksanakan setelah 3 hari dari acara kematiannya (nelung dina), kemudian dilanjut 7hari (mitung dina), kemudian dilanjut lagi 40 hari (matang puluh), dilanjut dengan 100 hari (nyatus), kemudian dilanjut dengan peringatan 1 tahun (nahun) dan yang terakhir adalah 1000 hari (nyewu). Masyarakat setempat mempercayai bahwa 3 hari dari hari kematian, arwah dari orang yang meninggal tersebut masih berada di dalam rumah, arwah tersebut baru akan berada disekitar rumah pada hari yang ke-7. Kemudian pada hari yang ke-40 arwah dari orang meninggal tersebut sudah mulai menjauhi tempat tinggal dan segenap keluarga yang ditinggalkannya. Sedangkan pada hari yang ke-100 dan seterusnya, masyarakat percaya bahwa arwah tersebut sudah berada di alam barzah.
Akan tetapi sesuai dengan perkembangannya, ada masyarakat yang sudah tidak mempercayai itu semua. Kebanyakan dari mereka sekarang ini melakukan acara tahlilan hanya sampai hari yang ke-40 dari hari kematian.
Tahlil biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah shalat maghrib (ba’da maghrib). Sebelum diadakan acara tahlil, si empunya hajat mengundang tetangga-tetangga dekat dan juga keluarganya terlebih dahulu. Biasanya orang yang memilki hajat tersebut akan menyuruh orang atau salah satu dari tetangganya untuk mengundang (ngatur-aturi) tetangga yang lainnya. Tentu saja orang yang dipilih untuk ngaturi adalah orang yang sudah terbiasa diperintah untuk melakukannya. Setelah mengundang tetangga-tetangga terdekat, kemudaian pada malam harinya dilaksanakanlah tahlilan. Sebelum tahlilan dimulai, sambil menunggu tetangga atau orang-orang yang belum datang  biasnaya orang-orang yang sudah datang akan diberi minuman (biasanya teh manis) dan juga makanan (snack). Setelah para orang-orang dras sudah datang, tahlilan pun dimulai dengan diawali membaca Surat Yasin yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Tahlil dan juga doa-doa penutup.
Setelah acara tahlil selesai, biasanya orang-orang yang sudah diundang pada saat akan pulang, akan diberi berkatan atau nasi dengan sayur dan lauk yang dimasukkan di dalam kardus. Berkat ini sebelumnya sudah disiapkan terlebih dahulu oleh orang yang mempunyai hajat. Terkadang ada juga tetangga yang ikut membantu dalam memasak berkat tersebut. Ada juga tetangga yang menyumbang (memberi secara cuma-cuma) sembako atau sayur-sayuran kepada orang yang mempunyai hajat tersebut.


C.    Makna Tahlil dalam Membentuk Solidaritas
                                                      
Makna tahlil sebenarnya tidak hanya dilihat ari segi religius atau agamanya saja, akan tetapi makna dari tahli itu sendiri dapat dilihat dari segi sosialnya. Tahlil apabila dilihat dari kacamata sosial memiliki makna
            Anggota masyarakat yang sedang sibuk sekalipun akan tetap berusaha datang apabila diundang keacara tahli, walaupun mereka tidak bisa datang, mereka akan menyuruh anggota keluarga yang lainnya untuk mewakli datang tahlilan. Di dalam suatu wadah tahlilan, secara tidak langsung menjadi suatu ajng silaturahmi antar tetangga disekitar rumah. Tahlil mencptakan suasana persaudaraan yang kental antar sesama anggota masyarakat.
            Masyarakat menganggap, tahlilan merupakn acara dimana kita harus saling tolong menolong untuk membantu si empunya hajat untuk memantu mengirim doa kepada salah satu anggota kelurganya yang sudah meninggal. Masyarakat akan mengusahakan bagaimana mereka harus tetap bisa datang dalam tahlilan, sebab suatu saat nantinya mereka pun akan mengadakan tahlilan apabila ada salah satu anggota keluarga mereka yang meninggal.
            Di acara tahlil ini, masyarakat setempat secara tidak langsung akan dipersatukan dalam suatu komunitas moral yang terbentuk dari acara tahlil tersebut. Seperti yang dikemukakan dalam teori fungsioanlisme, bahwa masyarakat terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing bagian saling bergntung satu sama lain dengan erat sehingga perubahan yang terjadi alam satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain. Begitu juga msayarakat yang sedang mengadakan tahlil,  miskupan mereka memilki pekerjaan yang berbeda-beda, dari status ekonomi yang berbeda pula, akan tetapi sebearnya mereka saling membtuhkan satu sama lain. Mereka dimintai tolong untuk datang ke acara tahilan tetangganya, suatu saat orang tersebut pun akan mengadakan tahlilan seperti orang yang meminta tolong kepada dirinya dan orang tersebut pasti akan membuthkan juga tetanga-teangga sekitar tempat tinggalnya. Nah, dari hal inilah, secara tidak langsung akan tercipta suatu komunitas moral dilingkungan masyaratkat dimana tempat orang tersebut tinggal.





4 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisannya sangat bagus, tetapi ukurannya terlalu besar dan untuk juduk masih kurang jelas.

Minati etika marlin mengatakan...

artikel yang menarik untuk dibaca dan memberikan wawasan kepada kita tentang makna tahlil dalam solidaritas.

Anonim mengatakan...

artikelnya bagus dan menarik. tampilannya juga sudah rapi. namun, akan lebih menarik jika disertai foto berkenaan dengan tulisa anda tersebut.
terimaksihh.... ^^

Galih Pratama mengatakan...

materinya jos brow...

Posting Komentar